Menepati janji

Alkisah, pada suatu masa, saya pernah bekerja di sebuah yayasan di dekat tempat tinggal saya. Pada saat akan keluar dari pekerjaan saya di sana, saya mengatakan bahwa saya akan kembali lagi ke sana, tapi dengan syarat tertentu.

Kemudian pada suatu hari, saya diminta untuk mengerjakan sesuatu oleh mereka tanpa memenuhi syarat yang dahulu pernah saya utarakan. Apa reaksi saya? Tentu saja saya menolak. Walaupun saya tidak mengatakan “tidak”, tapi saya juga tidak mengatakan “ya”. Saya yakin orang pasti mengerti maksud saya.

Jadi saya mohon maaf, bukan saya bermaksud bersikap sombong atau tak acuh, karena saya hanya menepati janji saja. Jika saya bersedia menerima pekerjaan tersebut tanpa mendapatkan syarat yang saya ajukan dahulu, maka saya kembali masuk ke dalam pusaran yang sama, terombang-ambing tidak jelas. Kecuali jika mereka memberikan sebuah alternatif, sebagai jalan tengah.